Rabu, 02 November 2011

hanya sendiri


Bersandar aku ditepian tangga
Ku topangkan daguku pada kedua lenganku
Bayangan dan tatapanku semu kosong
Sesekali ku dongakkan pandanganku ke langit

Iyyachh,,,,,
Gelap malam semakin pekat
Tak ada bintang kejora
Apalagi bulan bulan purnama
Sungguh tak ada satupun disekitarku
Bahkan nyanyian jangkrik pun
Nyaris tak ku dengar lagi
Mungkin semua enggan menghampiriku
Hanya tuk sekedar tanyakan
“Sedang apa ku disini,,,,

Sudahlah,,,,,
Tak perlu ku menuntut,,,
Karna itupun hak mereka
Tuk biarkanku sendiri

Salam
Ielzha isnawati

Minggu, 09 Oktober 2011

Mustofa B Nahrawardaya; Tanpa Planing




Ciputat,9 Oktober 2011 bertempat di Aula fastabiqul khoirot IMM cabang ciputat dalam talkshow pembukaan SOW II ( School of Writer), Bang Mustofa yang akrab dipanggil begitu,menyampaikan beberapa point penting tentang dunia tulis menulis. Wartawan disalah satu stasiun TV ini bertutur begini kira-kira,“Dua hal yang perlu diperhatikan dalam menulis yaitu moment dan otak kanan”. Saya mengagumi beliau dengan caranya yang “keras”, “Keras” hati dan “keras” tekad.

“gunakanlah kata-kata yang bisa menyelamatkanmu jika kamu ingin membuat statement”,ujar beliau. Saya suka bagian yang ini. “Diduga,sepertinya,kesannya,dan beberapa kata lainnya”,beliau kemas agar menjadi statement yang seolah tidak terlalu menimbulkan kontrofersi.

Kurang lebih dua jam berlangsung acara talkshow bersama beliau dengan ditemani salah satu narasumber seorang bloger yaitu Raden Ajeng Nunuk P,pengelola web muslimah.com dan akhwat. Saya tertarik dengan satu point yang bang mustofa sampaikan,“menulis dengan PLANING dan TANPA PLANING”. Nah,,,ini dia yang saya sedikit tidak setuju pada awalnya. “Bagaimana seseorang bisa termotifasi untuk menulis tanpa adanya sebuah planing?”,ini pertanyaan yang sempat saya lontarkan kepada beliau.

“Saya dulu tidak ada planing untuk menuliskan tentang BOM MARIOT-2003,tetapi pada waktu kejadian itu,saya tepat berada dilokasi,jadi saya bisa menuliskan apa yang saya tahu dan saya alami waktu itu,” ungkap beliau. “Planing itu tidak usah dicari,biarkan Tuhan yang menurunkan ide kepada kita”, “Ketika kamu makan diwarteg,kemudian seseorang yang makan disamping kamu pingsan,itu adalah ide; Ketika kamu bersepeda di jalan raya kemudian kamu lihat kecelakaan motor ketabrak bajai misalnya,itu juga ide yang tidak diplaningkan sebelumnya”,lanjutnya.

Jadi sekarang saya mengerti gaya menulis bang Mustofa tanpa sebuah planing itu memanfaatkan sebuah moment yang sebelumnya memang tidak kita planingkan sebelumnya.Biarkan Tuhan yang memberikan ide kepada kita”,Sangat super bang Mustofa. Saya akan mengikuti jejak karya Anda. Terima kasih sudah memberi saya ide untuk menuliskan ini tanpa harus saya planingkan sebelumnya :-) . Ini hanya sedikit pembuktian Bang Mustofa B Nahrawardaya; Menulis Tanpa Planing.

Salam sukses untuk Anda,Saya dan Kita semua,

Ielzha Iznawati

Kamis, 24 Maret 2011

puisiku

Tatkala aku rapuh
Aku merangkak dan kucoba mengenalimu
Kau begitu asing dikedipku
Ketika ku jauh mendekatimu
Hatiku memberontak
TUHAN ... apa yang ku timpa
Sendiri ... kini aku sendiri ..
Terdiam ... membisu pada semua
Aku ingin menjauh saat hatiku menjerit
Namun ku tak mampu
Awan, angin, hujan...
Tak satupun mengerti
Tatkala ku rapuh
Kau meraihku
Kau angkat segenap jiwaku perlahan
Membuka surya hatiku
Dan kini ...
Aku berdiri menatap dunia terang dihadapku
Kau jamah kebisuanku
Hingga kini ku mampu bangkit
Melawan badai di padang sahara
Setegar karang yang teronggok dilautan
Ku tapaki peta kehidupanku
Dan ku tanamkan dalam hati
Bintang ...
Kerlingkan sinarmu disetiap malam
Tengoklah aku dalam bunga tidurku
Tetaplah kau tersenyum menghampiriku
Dan ku yakin ...
Esokku menanti ...
Surya pasti takkan meredup
Antarkan cahaya hidupku
Membuka mataku lebar
Tuk menatap dunia luas
Meski bagi dunia aku hanyalah seseorang
Namun bagi seseorang...
Mungkin aku adalah dunianya....