Selasa, 15 Desember 2015

Islam adalah agama yang damai; Gala Premier Bulan Terbelah di Langit Amerika


Antusiasme penonton pecah di XXI Epicentrum, Kuningan. Gala premier film Bulan Terbelah di Langit Amerika 15 Desember 2015 ini dihadiri oleh KH.Amin Rais beserta beberapa jajaran kementerian. Tak hanya itu, hadir di riuhnya penonton yaitu pemain film, crew, sutradara, produser dan pihak-pihak yang mendukung film Bulan Terbelah di Langit Amerika ini. selain itu, XXI Epicentrum ini juga dipenuhi dengan rekan-rekan wartawan yang meliput acara gala premier film ini.

Headline News yang santer diungkapkan dalam film ini adalah ‘Apakah dunia akan lebih baik tanpa Islam?’

Film ini tidak hanya menyorot tentang tragedi 119 di New York yang menjadikan perdamaian antar umat beragama menjadi terbelah.

Pelajaran yang sangat penting bahwa Islam adalah perdamaian. Jika dunia tanpa Islam, maka tidak akan ada kedamaian di dunia ini.

Hanum yang ditugaskan oleh atasannya dari salah satu media untuk menulis artikel tentang  ‘Apakah dunia akan lebih baik tanpa Islam?’, ia harus menemui seorang narasumber di New York, Azima Hussein, salah satu dari keluarga korban WTC 2001. Akan tetapi Azima tidak percaya lagi dengan media atas pemberitaan mengenai dirinya. Atas penolakannya untuk diwawancarai ini, Hanum harus berusaha keras untuk meyakinkan Azima bahwa ia bukan hanya sekadar melakukan wawancara demi memenuhi tugas dari atasannya, tetapi ia melakukan dengan sepenuh hati karena ia ingin menyampaikan pada dunia bahwa Islam adalah agama perdamaian. Islam yang mereka ‘sangkakan’ bukanlah Islam yang sebenarnya.

Di tengah hiruk pikuk kota New York, Hanum bertemu dengan beberapa Ekstrimisphobia pasca tragedi WTC, ia berusaha meyakinkan bahwa Islam adalah agama rahmatan lil ‘alamin. Bahwa Islam bukanlah agama yang memecahbelahkan.

Tekanan yang sangat keras dirasakan oleh keluarga Hussein yang dituduh seorang teroris. Bahkan Azima, Isteri Hussein, sempat putus asa dan sempat mengalami krisis kepercayaan terhadap Islam, agama yang ia jadikan pegangan setelah ia memutuskan menjadi muallaf. Bahkan ia mengganti namanya dan melepas jilbabnya.

Konflik kemudian menemukan titik temu dari keterangan seorang philantropi Mr. Philipus Brown. Ia mengatakan bahwa Dunia tidak akan lebih baik tanpa Islam. Ketika tragedi 119, ia sadar mengenai satu hal bahwa Islam adalah agama yang damai, adil dan ramah. Ia menyaksikan bahwa seorang Hussein menyelamatkan seorang korban dan mempertaruhkan nyawanya demi membantu orang lain dan satu-satunya saksi bahwa hussein bukanlah seorang teroris.

Film yang berdurasi kurang lebih 120 menit ini mampu menghipnotis penontonnya untuk memperhatikan rangkaian adegan dalam film tersebut. Kesan bahwa film ini luar biasa karena bukan sekadar film drama religi. Ia tampil membawa pandangan baru mengenai Islam yang sebenarnya.
Film yang berusaha menyatukan kembali bulan yang terbelah karena ulah tangan-tangan yang tidak berIslam secara Kaffah.

Sangat disayangkan jika film ini dilewatkan. Karena film ini dapat membuka pandangan dan cakrawala mengenai dunia di belahan lain.

Nah, apakah anda tidak ingin berbagi cerita seperti yang saya tuliskan? Silahkan ditonton di bioskop tanggal 17 Desember 2015 kemudian tuliskan sendiri bagaimana kisah dalam film itu dapat diungkapkan dengan kata-kata.

Big Thanks to KOPI

Ielzha Isnawati

Tidak ada komentar:

Posting Komentar