Kamis, 24 Desember 2015

Tantangan Wisata untuk Menpar

Akhir tahun 2015 ini menjadi momen liburan panjang bagi sebagian orang, bahkan hampir sebagian besar pemukim yang berdomisili di Jakarta. Momen libur panjang ini dimanfaatkan untuk berlibur dengan destinasi wisata rata-rata menuju Bogor dan Bandung. Libur panjang akhir tahun yang berbarengan dengan libur sekolah semester ganjil ini menjadi momen kebersamaan yang pas. Ditambah lagi dengan libur Maulid Nabi dan Natal.

Tantangan wisata untuk Menpar adalah bahwa Indonesia Harus Punya Show Jalanan Sebagai Menu Wisata Akhir Tahun. Kenapa? Karena bagi para wisatawan, baik wisatawan nusantara maupun wisatawan mancanegara, perlu mengefektifkan waktu agar liburan tidak hanya dihabiskan di jalan saja.

Tung Desem Waringin, sang motivator menekankan pada 'Show Jalanan' sebagai acara akhir tahunan yang khas dan rutin melibatkan banyak massa di tiap Kota di Indonesia..

Ketua umum Asita, Asnawi Bahar berpendapat bahwa "Bebas Visa" akan menjadi salah satu pelayanan yang memberi kemudahan bagi wisatawan disamping faktor-faktor lainnya.

Berkenaan dengan alam, motivator Ary Ginanjar mengatakan "Sekarang bahkan ummat Islam bisa menikmatinya dengan rasa tentram ketika berlibur karena sekarang sudah tersedia berbagai fasililtas Halal Holiday yg terjamin.”
“Inilah pariwisata yg  bisa membawa berkah yg sudah lama dinanti- nantikan, baik penyelengggara dan wisatawannya juga, saya memuji progres dari pemerintah untuk hal ini," paparnya lagi.
"Nikmatilah ciptaan Allah SWT yangg maha indah ini dan kenali aneka ragam budayanya. Tapi ingatlah, niatkan perjalanan pesona wisata ini karena Perintah Allah, niscaya keberkahan akan kita dapat.” lanjutnya

Berkenaan dengan kemacetan yang terjadi pada libur akhir tahun ini, membuat para wisatawan perlu mempertimbangkan kembali rencana akhir tahun yang sudah dipersiapkan mungkin dari jauh-jauh hari. Mengingat libur akhir tahun yang berbarengan dengan long weekend yang berjuta-juta orang ingin menikmatinya dengan berlibur ke destinasi-destinasi wisata yang membuat refress dari kepenatan kerja atau banyaknya tugas.

Mengenai kemacetan ini, salah satu teman media sosial saya berbagi cerita mengenai perjalanannya ketika mengalami kemacetan di tol Cikampek.

“Butuh seduhan kopi untuk melihat lengangnya tol Cikampek” tuturnya.

Membaca tuturan salah satu teman medsos tersebut membuat saya tergelitik untuk tahu seberapa membosankannya terjebak di antara kemacetan liburan yang ‘seharusnya’ menyenangkan itu.

“Bagaimana mau ke rest area, lha wong di dalem mobil-mobil sudah numpuk, yang di sini mobil ndak bisa gerak” keluhnya.

Dengan mendengar cerita tersebut, saya dan beberapa teman yang berencana untuk berakhir pekan minggu ini harus berfikir dua kali untuk mengambil destinasi liburan yang melewati jalan Bogor atau Bandung. Faktanya, para wisatawan justeru malah menghabiskan waktu liburannya di jalan, bukan di tempat wisata yang menjadi tujuan asyik mereka.

Semoga liburan akhir tahun depan sudah menemukan solusi untuk perjalanan yang lebih efektif.

Johnnie Sugiarto, Founder El John Pegeant yang memiliki tagline “Bringing Indonesian Culture to the World” ini sangat bangga dengan program pengenalan Indonesia dengan jargon Wonderful dan Pesona Indonesia.

Johnnie Sugiarto menggandeng KOPI untuk bersinergi mengabadikan wisata-wisata Indonesia memalui tulisan.

"Saya sambut 2016 dengan membangun promosi Pariwisata digital untuk Indonesia thats why semua puteri Pariwisata harus bisa menulis dan punya blog sehingga dari tulisan tersebut orang akan ramai berkunjung ke Indonesia," paparnya lugas diaminkan oleh Zahra, Febri dan Nadira sebagai alumnus Puteri Pariwisata.

Selamat Berlibur.......! Salam Pesona Indonesia !

Salam KOPI
ielzha isnawati


Rabu, 23 Desember 2015

Tonton TALAK 3 Sebelum (di) TALAK 3


Judul               : TALAK 3
Produser          : Hanung Brahmantyo, Karan Mahtani
Sutradara         : Hanung Brahmantyo, Ismail Basbeth
Pemain            : Vino G. Bastian (Bagas)
                          Laudya C. Bella (Risa)
                          Reza Rahardian (Bimo)

KOPI (Koalisi Online Pesona Indonesia) Firstscreening film TALAK 3 bertempat di MD Tower bersama salah satu pemain yang hadir, Vino G. Bastian, produser Karan Mahtani, dan sang sutradara Hanung Brahmantyo.

Film produksi MD Picture ini bergenre romantik komedi. Vino, yang berperan sebagai Bagas dalam film ini mengatakan bahwa alasan bekerjasama dengan MD Entertainment adalah karena Vino sendiri belum paham apa itu TALAK 3.

Sharing film TALAK 3, Vino memaparkan tentang fenomena hubungan dalam pernikahan. Memulai untuk menikah itu mudah, akan tetapi mempertahankan pernikahan itu yang tidak mudah. Melihat kepada pasangan muda yang masih emosiaonal ini sangat mudah untuk menjatuhkan talak.

Karan, dalam film TALAK 3 ini menyampaikan bahwa menjatuhkan TALAK itu tidak mudah. Film bersetting di Yogyakarta karena ada beberapa lokasi yang tidak ada di Jakarta.

Hanung, menggarap film ini untuk penonton. Film ini tidak berbicara dakwah.

Beberapa pesan yang ingin disampaikan oleh Hanung adalah:
  1. Berbicara tentang hukum laki-laki ketika ‘mengatakan’ TALAK.

 “Hati-hati kamu laki-laki punya mulut, ketika kamu ucapkan TALAK kepada istrimu, kepada     pasanganmu, Talak 3 itu harga mati”, tutur Hanung.

  1. 2.      Berbicara tentang bagaimana Islam melindungi perempuan yang ditalak.

Ketika dikonfirmasi tentang genre film ini, Hanung mengatakan bahwa film ini bukan bergenre religi, tetapi bergenre romantik komedi. Bukan mengkomedikan Agama. Kenapa TALAK 3 ? ini adalah hukum TALAK 3 bagi laki-laki yang mengatakan Talak 3 kepada pasangannya. Film ini mengisahkan tentang seorang pasangan yang memaksakan untuk ‘balikan’ (kembalik rujuk) setelah bercerai.

Remember !!! Tonton dulu film ini donk baru kasih masukan ya... :)
                                              foto oleh : Ka Arul

Salam KOPI
Ielzha Isnawati

Selasa, 15 Desember 2015

Islam adalah agama yang damai; Gala Premier Bulan Terbelah di Langit Amerika


Antusiasme penonton pecah di XXI Epicentrum, Kuningan. Gala premier film Bulan Terbelah di Langit Amerika 15 Desember 2015 ini dihadiri oleh KH.Amin Rais beserta beberapa jajaran kementerian. Tak hanya itu, hadir di riuhnya penonton yaitu pemain film, crew, sutradara, produser dan pihak-pihak yang mendukung film Bulan Terbelah di Langit Amerika ini. selain itu, XXI Epicentrum ini juga dipenuhi dengan rekan-rekan wartawan yang meliput acara gala premier film ini.

Headline News yang santer diungkapkan dalam film ini adalah ‘Apakah dunia akan lebih baik tanpa Islam?’

Film ini tidak hanya menyorot tentang tragedi 119 di New York yang menjadikan perdamaian antar umat beragama menjadi terbelah.

Pelajaran yang sangat penting bahwa Islam adalah perdamaian. Jika dunia tanpa Islam, maka tidak akan ada kedamaian di dunia ini.

Hanum yang ditugaskan oleh atasannya dari salah satu media untuk menulis artikel tentang  ‘Apakah dunia akan lebih baik tanpa Islam?’, ia harus menemui seorang narasumber di New York, Azima Hussein, salah satu dari keluarga korban WTC 2001. Akan tetapi Azima tidak percaya lagi dengan media atas pemberitaan mengenai dirinya. Atas penolakannya untuk diwawancarai ini, Hanum harus berusaha keras untuk meyakinkan Azima bahwa ia bukan hanya sekadar melakukan wawancara demi memenuhi tugas dari atasannya, tetapi ia melakukan dengan sepenuh hati karena ia ingin menyampaikan pada dunia bahwa Islam adalah agama perdamaian. Islam yang mereka ‘sangkakan’ bukanlah Islam yang sebenarnya.

Di tengah hiruk pikuk kota New York, Hanum bertemu dengan beberapa Ekstrimisphobia pasca tragedi WTC, ia berusaha meyakinkan bahwa Islam adalah agama rahmatan lil ‘alamin. Bahwa Islam bukanlah agama yang memecahbelahkan.

Tekanan yang sangat keras dirasakan oleh keluarga Hussein yang dituduh seorang teroris. Bahkan Azima, Isteri Hussein, sempat putus asa dan sempat mengalami krisis kepercayaan terhadap Islam, agama yang ia jadikan pegangan setelah ia memutuskan menjadi muallaf. Bahkan ia mengganti namanya dan melepas jilbabnya.

Konflik kemudian menemukan titik temu dari keterangan seorang philantropi Mr. Philipus Brown. Ia mengatakan bahwa Dunia tidak akan lebih baik tanpa Islam. Ketika tragedi 119, ia sadar mengenai satu hal bahwa Islam adalah agama yang damai, adil dan ramah. Ia menyaksikan bahwa seorang Hussein menyelamatkan seorang korban dan mempertaruhkan nyawanya demi membantu orang lain dan satu-satunya saksi bahwa hussein bukanlah seorang teroris.

Film yang berdurasi kurang lebih 120 menit ini mampu menghipnotis penontonnya untuk memperhatikan rangkaian adegan dalam film tersebut. Kesan bahwa film ini luar biasa karena bukan sekadar film drama religi. Ia tampil membawa pandangan baru mengenai Islam yang sebenarnya.
Film yang berusaha menyatukan kembali bulan yang terbelah karena ulah tangan-tangan yang tidak berIslam secara Kaffah.

Sangat disayangkan jika film ini dilewatkan. Karena film ini dapat membuka pandangan dan cakrawala mengenai dunia di belahan lain.

Nah, apakah anda tidak ingin berbagi cerita seperti yang saya tuliskan? Silahkan ditonton di bioskop tanggal 17 Desember 2015 kemudian tuliskan sendiri bagaimana kisah dalam film itu dapat diungkapkan dengan kata-kata.

Big Thanks to KOPI

Ielzha Isnawati

Selasa, 08 Desember 2015

NGOPI Novel 'Bulan Terbelah di Langit Amerika' bersama Hanum S. Rais

                                                             Foto oleh : Arul
Ngopi adalah istilah yang digunakan oleh KOPI-kers untuk menggelar diskusi-diskusi dan duduk bersama membahas seputar Pesona Indonesia. Seperti pada hari Kamis, 3 Desember 2015 KOPI mengadakan ‘Ngopi Sinema’ tentang film ‘Bulan terbelah di Langit Amerika’ yang dihadiri oleh Yoen K dan Acha Septriasa. Dalam pertemuan itu, Yoen K dan Acha membahas seputar film ‘Bulan Terbbelah di Langit Amerika’ yang akan tayang di bioskop tanggal 17 Desember 2015.

Setelah Ngopi Sinema bersama Yoen K dan Acha, KOPI-kers kembali menggelar Ngopi Novel bersama penulis novel ‘Bulan Terbelah di Langit Amerika’, Hanum Salsabiela Rais. Lebih lengkap rasanya setelah ‘Ngobrol’ mengenai filmnya kemudian dilanjutkan dengan sudut pandang dari penulisnya sendiri tentang cerita novel yang akan difilmkan tersebut walaupun dalam waktu yang berbeda akan tetapi di tempat yang sama, yaitu bertempat di Kantor Kabarindo.

Ngobrol ini diawali dengan diskusi mengenai ‘Premis’. Premis merupakan garis besar dalam sebuah cerita. Ka Arul mengatakan bahwa Premis Film itu berkaitan dengan ‘Pesan moralnya apa?’. Kemudian disambung oleh Ka Aida, novelis, mengatakan “Premis Novel itu berkaitan dengan siapa tokoh utamanya?, apa masalahnya? Lalu kemudian bagaimana menyelesaikan masalahnya?.”

Di tengah keasyikan ‘ngobrol’, Hadir novelis cantik Ka Hanum Rais yang siap ‘Ngobrol’ mengenai novelnya ‘Bulan Terbelah di Langit Amerika’. Diawali dengan perjalanan pribadinya menuju langit Eropa, ia menuliska karya pertamanya ‘Menapaki Jejak Amin Rais, lalu kemudian disusul dengan ’99 Cahaya di Langit Eropa’ yang di filmkan dengan judul yang sama dan yang akan tayang 17 Desember 2015 mendatang adalah ‘Bulan Terbelah di Langit Amerika’ yang diadaptasi dari novel Ka Hanum Rais dengan judul yang sama.
                                                        Foto oleh : Arul

Mengenai fenomena Islamphobia di Amerika sendiri, Ka Hanum mengatakan bahwa ia lebih setuju menyebutkannya dengan Ekstrimisphobia. ‘Mereka’ (para ekstrimis) ini belum mengetahui apa yang sebenarnya disampaikan oleh Al-Qur’an dan Hadis. Melalui novelnya, Ka Hanum Rais ini berusaha untuk memperbaiki citra Islam di mata ‘mereka’. Dengan penyampaian yang sangat rasional dalam novel-novelnya, lebih mudah untuk dimengerti oleh non-muslim sekaligus.

Ekstrimisphobia ini dirasakan sendiri oleh Ka Hanum ketika satu instansi yang menerimanya  bekerja memberikan pilihan untuk melepas jilbab. ‘Karena ini adalah lembaga sekuler, jadi kami tidak boleh menampilkan simbol-simbol keagamaan di sini’, alasan yang disampaikan oleh instansi itu.
Motivasi awal dalam menulis novel ini adalah sebagai media dakwah Ka Hanum Rais. “Saya ingin berdakwah dalam menulis”, kalimat yang diucapkan dengan kesungguhan oleh wanita cantik yang memiliki pribadi  lembut dan murah senyum ini.

‘Seseorang harus bisa mengidentifikasikan passionnya sejak dini’, tuturnya. Ternyata, Ka Hanum ini adalah seorang dokter gigi. Akan tetapi karena passionnya dari awal adalah di bidang media, beliau merasa lebih nyaman dengan dunia yang digeluti saat ini (khususnya di bidang kepenulisan).

Ketika disinggung mengenai akting Acha yang memerankan pribadi ‘Hanum’ dalam film ‘Bulan Terbelah di Langit Amerika’ dan sebelumnya yaitu ’99 Cahaya di Langit Eropa’, ia mengaku sangat puas dan menghargai kesungguhan Acha dalam berakting memerankan dirinya. Terbukti bahwa Acha digandeng lagi film keduanya ini.


Selain bergelut di dunia kepenulisan, (Novel khususnya), Isteri dari Rangga Halmahendra ini memiliki stasiun televisi yang dikelolanya di Yogyakarta bernama ADiTv. Ia berharap Arah Dunia Tv ini menjadi kiblat dunia pertelevisian nantinya.


Salam KOPI
Ielzha Isnawati N.A

Jumat, 04 Desember 2015

Bulan Terbelah di Langit Amerika



Setelah sukses dengan film 99 Cahaya di Langit Eropa, Maxima Picture kembali menghebohkan dunia perfilman dengan menghadirkan Bulan Terbelah di Langit Amerika. Film ini diadaptasi dari novel dengan judul yang sama karya Hanum S Rais dan Rangga Almahendra. Isu Islamphobia santer bergaung  pasca tragedi bom WTC tahun 2001. Film ini bersetting di New York dengan menghadirkan isu-isu kontroversial mengenai agama khususnya Islam dan kemanusiaan. Bulan yang terbelah adalah tafsir mengenai terpecahnya perdamaian antara masyarakat Amerika Serikat dengan kaum Muslim pasca tragedi 9/11.

Film ini bercerita tentang Hanum (Acha Septriasa) sebagai istri Rangga (Abimana Asyasatya). Hanum adalah seorang jurnalis sebuah koran lokal di Wina, Austria, yang ditugaskan meliput peringatan tragedi 9/11 di New York. Di sisi lain, Rangga yang sedang menempuh pendidikan S3 di Wina, diharuskan oleh profesornya untuk mewawancarai seorang filantropi pasca tragedi 9/11.

Apa jadinya dunia tanpa Islam ? Apakah dunia akan lebih baik tanpa Islam ?

Dengan disutradarai oleh Rizal Mantovani dan diproduseri oleh Ody Mulya Hidayat, film ini mencoba untuk menyampaikan pesan perdamaian dan toleransi agama Islam di New York untuk mengembalikan citra Islam di negeri Paman Sam. Acha SeptriasaNino FernandezAbimana AryasatyaRianti Cartwright dipercaya untuk memerankan film ini. 


Apa jawaban anda tentang pertanyaan ini? Yuk jangan sampai terlewat tanggal 17 Desember 2015 di bioskop terdekat ! Selamat menyaksikan, lalu berikan komentarnya ya...

Salam KOPI
Ielzha isnawati



Kamis, 26 November 2015

Duta Pariwisata El John bersama KOPI


"Bringing Indonesian Culture to the World", adalah tagline El John

Kekhawatiran Johnnie Sugiarto atas kecintaan generasi-generasi muda nantinya akan luntur dengan destinasi wisata dalam negeri. Inilah salah satu alasan El John menghadirkan ikon putri cantik untuk sosialisasi dan eksplore pariwisata Indonesia kepada generasi-generasi muda.

Johnnie Sugiarto, founder El John Pageant hadir dan berbagi pengalaman mengenai pariwisata Indonesia. Berkesempatan hadir di tengah-tengah Workshop KOPI (Koalisi Online Pesona Indonesia), di Oria Hotel, 26 November 2015 duta-duta pariwisata El John, Wandha sebagai Miss Marine Tourism 2014, Vivien anjadi Suwito sebagai duta kuliner, kemudian Febrian sebagai duta kesehatan.

Wandha, yang gemar menari dan menyanyi ini mengungkapkan alasan dirinya terpilih menjadi duta bahari ini karena kemampuannya dalam bidang renang. Vivien sendiri, sebagai duta kuliner Indonesia memiliki kegemaran meng-upload foto-foto di sosial media. “Mungkin karena kegemaran saya mengunggah foto di sosial media, saya terpilih mewakili Indonesia di Malaysia dalam event Best in Social Media”, tuturnya . Selain itu, Vivian ini gemar dalam berpantun. Terbukti dalam pembukaan percakapannya, ia mengawalinya dengan pantun.

                                         foto oleh : Arul
Foto dari kanan (Wandha, Miss Marine Tourism-Vivien, Miss Cullinary Tourism-Ikbal, Biro Komunikasi Publik [Kementerian Pariwisata]- Johnnie Sugiarto, Founder El John Pageant- Febrian, Miss Medical Tourism)

Duta kesehatan yang memiliki nama yang sangat unik, Febrianingsih Archiem Alfaromeo Hendra Hindia Mama Tumonglo ini gemar mengajar di daerah-daerah pelosok. Kemampuannya dalam mempresentasikan wisata bahari Indonesia ini menarik perhatian wisatawan dari Swedden ke Indonesia.

Ketiga duta-duta cantik ini mengatakan hal yang sama bahwa mereka sangat bangga berada di sekeliling orang-orang yang hebat. 

Duta-duta pariwisata ini kemudian menjadi perwakilan dan duta wisata yang dikirim ke negara-negara tetangga untuk mempresentasikan wisata-wisata yang ada di Indonesia.


Salam KOPI
Ielzha Isnawati N.A
Oria Hotel, 26 November 2015


Rabu, 25 November 2015

KOPI (Koalisi Online Pesona Indonesia) bersama ASITA

Kamis, 26 November 2015, Asnawi Bahar, Ketua Umum ASITA (Association of the Indonesian Tours and Travel),  hadir di tengah-tengah workshop Forum Sinergi Pesona Indonesia bersama Blogger dan Jurnalis Online. ASITA telah memiliki cabang di 22 provinsi yang tersebar di seluruh Indonesia. Dalam forum ini, beliau menyampaikan poin-poin mengenai travel agent. Produk-produk wisata dalam negeri.

                                                      gambar oleh : Dewi Starlife
                                            kunjungi blog : http://starlifeproductivity.blogspot.co.id/

Sebagai agen travel dalam ASITA, beliau menuturkan "Dalam dunia wisata kita menjual apa yang orang cari, bukan memberi yang orang cari". Maksudnya adalah bahwa kepada wisatawan tidak hanya menyuguhkan secara umum apa yang mereka cari, tetapi menawarkan poin-poin yang belum diketahui atau dikenal oleh para wisatawan. Dengan begitu, wisatawan akan lebih tertarik untuk mengunjungi dan berkenalan dengan destinasi yang belum mereka ketahui. Pesannya, "Kalau kita mau besar, kita harus kerja besar". Begitulah salah satu cara 'kerja besar' menurut beliau.

Harapan kedepan, kegiatan wisata ini, antara pemerintah dan swasta harus bisa saling bekerjasama. Sinergi yang dihadirkan agar keduanya sejalan dalam menggerakkan Pariwisata Indonesia. Dengan terjalinnya sinergi yang baik akan memajukan Pariwisata Indonesia.

Salam KOPI
Ielzha Isnawati N.A

Minggu, 22 November 2015

_Relationshit_Line Love, Do Not Cross


Move on itu emang gak mudah, ya !?

Begini ceritanya.... Simak baik-baik ya ! ada yang harus dibaca, biar gak penasaran, hihihi...

Berawal dari nonton trailer film ‘Relationshit’ di Youtube dan tanggal 20 November 2015 nonton bareng sama Komunitas Pesona Indonesia di Blok M Squer ada pemainnya pula kan di sana, gimana gak tambah seru tuh !?

Nah, film ini, Relationshit, bener-bener pas banget buat yang lagi patah hati terus pengen move on. Pasalnya, Relationshit ini menyuguhkan banyak pelajaran buat kita-kita (KITA? *abaikan*) yang terjebak sama cinta masa lalu.

Baru juga berapa menit pemutaran filmya, para penonton sudah ada yang cekikak-cekikik menikmati adegan demi adegan yang ditampilkan. Dengerin logat Supri (Bayu Skak) yang medok khas jawa aja udah gak bisa nahan ketawa lalu pakai baju dikancing sampai leher, apalagi kekocakan alur ide di film ini, bener-bener komedi abis.


Bayangin aja, pas Alitt kejebak macet di jalanan kota Jakarta mau ngasih sureprise ke rumah Wina (kekasihnya) di hari ulang tahunnya, si Supri dengan penuh semangat memberikan solusi tokcer untuk mengambil jalan pintas yang gak terkena macet. Ternyata yang dilewati itu gang sempit banget buat masuk mobil, jangankan macet, orang juga ogah lewat situ meskipun gak ada saingan mobil masuk situ juga, lha gangnya sempit banget buat masuk mobil.

Masuk ke perkampungan warga, ternyata jalan keluarnya ditutup karena sedang ada pengajian yang meninggal. Dengan ekspresi polos si Supri minta maaf. Diambang keputusasaan karena sudah larut malam, Alitt keluar dari mobil memandang tertegun pelataran jalan yang ditutup.

Niat hati ingin menghibur, Supri memperlihatkan kue tart yang sudah dipesan sebelumnya. Ternyata kue pesanan yang diambil Supri tertukar dengan milik orang lain, bertuliskan “Happy Birthday, Dina” (yang ulang tahun Wina) gambarnya dinosaurus pula. Alamakkk.... Alitt pasrah dengan ulah Supri. Meski pantang menyerah tetap menuju ke rumah Wina. Sampai dirumah Wina tengah malam pintu gerbang tertutup lalu manjat pagar, niat tetap ingin ngasih kejutan, Supri ngasih ide untuk menurunkan listrik agar gelap-gelapan plus lebih romantis dengan hanya nyala lilin. Namun apa dikata, setelah matikan listrik malah digrebek warga keamanan kampung disangka maling. Babak belur. Nasib kue tart nya? Entahlah... dibawa pulang lagi karena mama Wina gak mau nerima... (dalam hati, ‘aku pulang tanpa dendam’). Perjuangannya sia-sia. Sampai rumah, diputusin pula sam Wina. Uwhhh syedihhnyaa... *kandas*


Nah tuh, gimana mau move on kalau perjuangan cintanya sampai dipukulin warga keamanan seperti Alitt?

Namun, meski film ini kocak plus komedi banget, patut diacungi jempol karena banyak banget pesan-pesan moral yang diselipkan di setiap kejadian-kejadiannya. Mulai dari persahabatan antara Alitt dan Supri, pesan untuk para penulis, pesan kekeluargaan. Nasehat dari Ibu Alitt ketika Alitt mengadu tentang masalahnya, “Masalah-masalah itu adalah keputusan terbaik Tuhan yang belum disadari”. Adem banget rasanya dengerin itu.

Over all, kisah ini Happy Ending dengan pasangan masing-masing. Buat yang penasaran, nah.. nonton gih ! Bukan cuma buat para barisan patah hati, tapi juga buat pasangan-pasangan yang lagi anget-angetnya jalanin hubungan sama kekasihnya, karena banyak banget pelajaran yang disampaikan.

“Gak papa kalau kalian melakukan kesalahan, yang paling penting itu jangan sampai ngulangin kesalahan yang sama”

“Aku menulis bukan buat kaya, tapi karena aku suka prosesnya”


“Yang susah itu bukan ngelupain perasaan gue sama dia, tapi ngelupain kebiasaan gue sama dia”


“Sepi itu bukan saat kita sendiri, tapi ketika kita bersama banyak orang tapi gak ada satupun yang ngerti”



Komunitas Pesona Indonesia
Ielzha Isnawati N.A
22 November 2015

Rabu, 11 November 2015

Relationshit-Putusin Aku Sekarang!-


Yuk, rame-rame dateng ke bioskop tanggal 19 November 2019. Wajib ngantri buat kalian-kalian yang sedang menanti-nantikan film RELATIONSHIT. Penasaran filmnya seperti apa?

Nah... kenal sama Alitt Susanto, penulis novel komedi romantis Indonesia berjudul “Relationshit” ? kebayang donk gimana kalau buku ini difilmkan? Makanya jangan sampai ketinggalan ! Gini ceritanya... Alitt yang berprofesi sebagai penulis di film ini, mempunyai hubungan dengan Wina yang selalu mendukung dan nemenin Alitt dari Nol sampai Alit menjadi penulis best-seller. Lika-liku kisah cintanyapun gak mulus. Rumit. Di tengah perjalanan ada Gita, Vivi lalu ada cerita ada Move on dan CLBK (Cinta Lama Belum Kelar).

Link film https://www.youtube.com/watch?v=Uo7Fng5rzVo

Dengan berhimpun kekonyolan, film komedi remaja ini di produksi oleh StarVision. Sebagai Sutradara  adalah Herdanius Larobu. Para pemain film ini, Jovial Da Lopez (Alit) , Anjani Dina (Wina) , Natasha Wilona (Vivi), Bayu Skak (Supri), Devina Aureel (Ningsih) , Salshabilla Elovii (Gita) .


Di film ini, tidak melulu bercerita tentang hubungan dengan pacar, mantan atau gebetan saja, tetapi juga tentang keluarga dan persahabatan. Karena Relation itu hubungan. bisa dengan teman, pasangan, keluarga atau siapapun.  So, Jangan sampai kelewatan ya tanggal 19 November 2015...!!

11 November 2015

Ka ielzha Iznawati

Sabtu, 07 November 2015

DUMBA' DUMBA', BERMAIN HATI


Judul               : Dunba’ – Dumba’
Genre              : Action drama
Produser          : Hendra Sirajuddin
Sutradara         : Syahrir Arsyad Dini  (Rere)
Pemeran          : Zahra Syahira Syahrir,

“Jangan membedakan, Karena semua kita bersaudara”

Don’t missed it ! DUMBA’ DUMBA’, setelah sukses dengan sekuel “Bombe”, Syahrir Arsyad Dini  (Rere) kembali menggarap sekuel DUMBA’ DUMBA’. “Segala yang dari hati, akan sampai ke hati” adalah tagline untuk sekuel film yang diproduksi oleh  Paramedia Picture Indonesia. Dalam film ini sepertinya Rere mengajak kita untuk ‘bermain hati’. Masih dengan setting sosial Makasar film ini mengangkat isu permusuhan, perkelahian, tawuran dengan dikemas dengan nuansa religius menggunakan bahasa khas Makasar.
Sang sutradara, Rere panggilan akrabnya masih menggemborkan pesan ‘Perdamaian’ dalam film bergenre action drama ini. Kayla, Zaki, Nisa, Sesya, Rara dan Aya tetap menjadi pemeran setia pada sekuel Bombe’ Dua  “DUMBA’ DUMBA’” ini.
            Bekerjasama dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Makassar, DUMBA’ DUMBA’ diperkirakan tayang sekitar bulan Februari-Maret 2016. “Terkaget-kaget” arti DUMBA’ DUMBA’ itu sendiri tidak hanya akan menyuguhkan ‘Kota Mati’ saja, pastinya akan menampilkan kisah yang lebih ‘mengejutkan’ para penonton nanti.

Pesan persatuan pada Original Sountrack film Bombe’, meskipun ada perbedaan suku, kelompok ataupun paham agama, semua kita tetap bersaudara.
“Suku bangsa dan agama memang berbeda, namun jangan membedakan karena kita bersaudara. Catur, Luwu, Bugis, Makasar semua kita bersaudara. Islam, Hindu, Kristen, Budha semua kita bersaudara”. -Nina-

07 November 2015
Semoga bermanfaat,
Ielzha Isnawati